Pandemi Vovid -19 Rubah Perilaku Masyarakat



Jember,kabarejember.com

 ---Telah terjadi perubahan perilaku di masyarakat, sejak mewabahmya Covid-19 di tanah air, mereka enggan memeriksakan  kesehatannya ke rumah sakit jika  merasakan sedikit tidak enak badan. Padahal sebelum pandemi mereka segera berobat ke klinik kesehatan, puskesmas atau rumah sakit. Tetapi sekarang ini orang takut datang bila kesehatannya terganggu. 


Ketakutan mereka karena beranggapan kalau memeriksakan ke rumah sakit nanti akan di-covid-kan.

Alasannya, pertama mereka enggan jika harus menjalani isolasi selama 14 hari, entah Isolasi mandiri atau di rumah sakit. Jarena selama masa issolasi itu tidak bisa beraktifitas. Sementara, yang tergolong kurang mampu, bekerja setiap hari demi memenuhi kebutuan hidup sehari-hari, karena yang akan dimakan besuk harus dicari harri ini.


Kedua, biaya untuk perawatan pasien covid19 mahal. Masyarakat,  apalagi tidak memiliki kartu jaminan kesehatan (BPJS) akan berpikir berulangkali jika harus berobat  rumah sakit.


Plt Kepala Dinas Komunikasi dan  Infornatika Kabupaten Jember, Gatot Triyono mengatakan bahwa stigma kebanyakan orang tersebut tidak benar.               


“Ada sebagian masyarakat yang memprovokasi bahwa sedikit-sedikit kalau masuk rumah sakit, musal sakitnya batuk arau flu nanti akan di-covid-kan, mau melahirkan di-covid-kan, ini yang menjadi stigma buruk di masyarakat luas,” uar Gatot saat pres conference lewat zoom meeting dengan  awak media, Rabu, (2/12/2020).


 Menurut Plt Diskominfo, berdasar stigma itu sehingga  mereka yang mempunyai gejala ringan menjadi  tidak mau datang ke fasilitas kesehatan.   


“Kami mengimbau, kalau mempunyai gejala ringan harus segera menuju ke fasiltas kesehatan terdekat agar diketahui benar-benar apa yang diderita,” ajakan Gatot kepada masyarakat.


Jika terlambat datang ke rumah sakit, dalam keadaan yang sudah parah maka akan semakin sulit pengobatannya. “Jangan sampai kondisinya agak kritis lalu mereka baru dibawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan sehingga terlambat ditolong,” tandas Juru bicara Satgas Covid19 Kabupaten Jember.


Adapun kasus kematian pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19 di Kabupaten Jember melonjak  selama sepekan terakhir. Bahkan kasus kematian karena COVID-19 mencatat rekor baru pada pekan ini, yakni sebanyak delapan pasien yang meninggal dunia.


"Salah satu penyebab tingginya kasus kematian COVID-19 di Jember karena kondisi pasien yang terinfeksi virus corona sudah kritis saat masuk rumah sakit,” tutur Gatot.



Gatot mengimbau masyarakat untuk lebih disiplin menggunakan masker saat keluar rumah, sering mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak dengan menghindari adanya kerumunan untuk mencegah tertularnya COVID-19. (SGM)


Post a Comment

0 Comments