Lesbumi Jadikan Pesantren Sebagai Pusat KebudayaanLembaga Seni Budaya Muslim Indonesia

 


Jember,Merdekanews.net--- Program Lesbumi ke depan harus menjadikan pesantren sebagai pusat kebudayaan lembaga seni budaya muslimin Indonesia atau Lesbumi.  Sebab, pesantren merupakan satu kesatuan proses kebudayaan Nusantara yang panjang dan sudah teruji.  

       Demikian ditegaskan   Dr. Akhmad Taufiq, Dosen FKIP UNEJ sekaligus pembina Lesbumi NU Jember, di sela-sela Musyarawah Kerja Lesbumi periode 2020-2024,  dengan tema Garis Lurus Ruang Kosong di pondok pesantren As Syifa dan Panti Asuhan Noer Mulyani, di Desa Cumedak Kecamatan Sumberjambe,  Minggu kemarin.  

 Taufik menjelaskan, bahwa sudah tepat pesantren menjadi suatu sentrum gerak kebudayaan Lesbumi di tengah pihak-pihak lain mencoba membuka ruang kebudayaan yang berada di luar pesantren, misalnya mall, pasar, ruang terbuka.  

Sebab, pesantren merupakan satu kesatuan proses kebudayaan nusantara yang sangat panjang. 

 Oleh karena itu, Lesbumi Jember harus mengambil peran strategis itu untuk mengembalikan sentrum kebudayaan ke pesantren.  Dia meyakini Lesbumi Jember mampu berdialektika, mampu mewarnai gerak kebudayaan di Jember khususnya, dan nusantara pada umumnya.  

      Taufik yang juga wakil ketua PCNU Jember ini menguraikan bahwa Musyawarah Kerja Lesbumi dimulai dengan pemaparan Bidang Literasi yang menawarkan desain pengembangan literasi pesantren, baik literasi yang mendasar maupun yang sifatnya pengembangan. 

  Selanjutnya pemaparan Bidang Seni Tradisi yang mencoba ingin menginvetarisasi dan melestarikan bentuk-bentuk seni budaya tradisional yang dekat dengan nilai-nilai Islami.  Seperti macopatan di pelosok-pelosok kampong. 

 Sedangkan, bidang-bidang lainnya memulai dengan program kerja yang bersifat kolaboratif untuk menyongsong agenda nasional yakni Hari Santri 2021," ujar Taufiq. 

     Hal senada disampaikan pengurus Lesbumi NU Jember lainnya,  KH Nisful Laila Iskamil, pengasuh PP Asy Syifa dan Panti Asuhan Noer Mulyani. 

 Dia menjelaskan, pondok dan panti asuhannya, selalu mengupayakan bagaimana beragama sekaligus berbudaya.  Sehinga agama nantinya menjadi budaya, membantu orang menjadi budaya, shadaqah menjadi budaya. 

 Contoh konkretnya dapat dilihat ornamen-ornamen arsitektur masjid di kompleks tersebut, yang penuh dengan budaya pandhalungan, mulai dari pintu, kubah, mimbar, dan jendela yang mengadopsi kultur Jawa Jepara, Madura Prenduan dan jawa Matraman.  Jadi, cita rasa budaya yang tinggi selalu dekat dengan kelembutan hati, sehingga beragama menjadi lebih sejuk dan menyejukkan. 

      Rangkaian MusKer tersebut  kemudianditutup dengan wisata kuliner khas Sumber Jambe, sambil menikmati kabut tipis yang memeluk bukit Gunung Raung. (iza/afandi/muklas) 

Post a Comment

0 Comments