Program Literasi Mahasiswa UB Jadi Program Permanen Sekolah: Jawaban atas Krisis Minat Baca di Tingkat Dasar

Lumajang, Merdekanews.id Kekhawatiran akan rendahnya minat baca dan kemampuan literasi dasar di kalangan siswa sekolah dasar menjadi kenyataan yang tidak bisa diabaikan. Di tengah tantangan tersebut, Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) melalui program Mahasiswa Membangun Desa (MMD) Kelompok 68, menyelenggarakan program edukatif bertajuk Hari Literasi: Baca, Tulis, Cerita di SDN Grati 02, Kecamatan Sumbersuko, Kabupaten Lumajang.
Program ini dilaksanakan dalam dua pertemuan, yakni pada 17 dan 24 Juli 2025, dengan menyasar siswa kelas 3 dan 4 SD sebagai peserta utama. Dipimpin oleh Prita Enjelina Tamba, mahasiswi Jurusan Administrasi Publik UB, kegiatan ini bertujuan untuk membangkitkan kesadaran pentingnya membaca dan menulis sejak dini—tidak hanya sebagai kemampuan dasar, tetapi juga sebagai pondasi untuk tumbuh kembang anak yang kritis dan percaya diri.

“Kami tidak hanya ingin anak-anak membaca, tapi juga memahami, mengingat, dan menceritakan kembali apa yang mereka baca. Literasi bukan soal bisa mengeja, tetapi soal bisa berpikir,” jelas Prita saat ditemui usai kegiatan.

Metode Edukasi yang Humanis dan Kreatif
Kegiatan dibagi ke dalam dua fase. Pada pertemuan pertama, siswa diperkenalkan pada aktivitas membaca melalui pendekatan menyenangkan. Setelah membaca buku cerita anak yang disediakan, mereka diminta menuliskan satu kata kunci dari isi cerita, lalu menempelkannya pada media kreatif berbentuk Pohon Literasi. Inovasi ini terbukti efektif dalam membangun rasa bangga dan kesadaran atas aktivitas membaca.

“Anak-anak senang sekali menempelkan kata mereka di pohon. Ada kebahagiaan kecil yang tumbuh dari keterlibatan mereka secara langsung,” tutur Farina Bianca, anggota tim MMD.

Pada pertemuan kedua, pendekatan semakin dikembangkan. Anak-anak diajak untuk membaca secara mandiri, kemudian mengisi lembar kerja yang berisi pertanyaan reflektif tentang cerita, karakter tokoh, serta pelajaran moral yang diperoleh. Mereka juga diminta menggambarkan benda yang ada dalam cerita—mendorong ekspresi visual dan imajinatif.

Sesi diakhiri dengan presentasi dari beberapa siswa yang membacakan isi worksheet mereka di depan kelas. Sesi ini secara tidak langsung melatih keberanian siswa untuk berbicara di depan umum, suatu keterampilan yang sering kali luput dari perhatian di jenjang dasar.

Fakta Mengejutkan: Masih Ada Siswa yang Belum Bisa Membaca
Kegiatan ini juga membuka mata tim mahasiswa terhadap realitas literasi di lapangan. Berdasarkan observasi langsung dan komunikasi dengan guru kelas, ditemukan bahwa masih ada beberapa siswa di kelas 3 dan 4 yang belum bisa membaca dengan lancar. Hal ini menjadi alarm serius yang mendorong pihak sekolah dan mahasiswa untuk bergerak lebih cepat.

“Kami menyadari bahwa tidak semua anak sudah memiliki kemampuan membaca yang memadai, padahal mereka sudah duduk di kelas menengah sekolah dasar. Ini menjadi urgensi,” ujar Intan Safana, anggota tim lainnya.

Sekolah Permanenkan Program Literasi Ini
Menanggapi dampak positif dari kegiatan ini, pihak SDN Grati 02 memutuskan untuk menjadikan program Baca, Tulis, Cerita sebagai program literasi berkelanjutan di sekolah. Kepala Sekolah, Sri Ahyani, S.Pd., menyampaikan apresiasi dan niat sekolah untuk meneruskan metode yang diterapkan mahasiswa.

“Kegiatan ini memberikan pendekatan yang sederhana namun efektif. Kami melihat antusiasme siswa meningkat. Program ini tidak hanya membentuk kebiasaan membaca, tetapi juga meningkatkan keberanian mereka dalam menulis dan berbicara,” jelasnya.

Sekolah berkomitmen untuk menjalankan program ini secara rutin dengan dukungan guru-guru kelas, dan bahkan berencana untuk memasukkannya dalam agenda mingguan literasi sekolah.

Kolaborasi Mahasiswa dan Sekolah: Model Pemberdayaan Nyata
Program ini merupakan hasil kerja kolaboratif dari seluruh anggota MMD UB Kelompok 68: Prita Enjelina Tamba, Intan Safana, Faiz Avicena, Najwaa Novananta, Farina Bianca, Faiza Maharani, Muhammad Kartono, Clarissa Irene, Pradhayaddiwangga, Rabbani Hakim, Nazril Ilham, Haya Aqilah, dan Yumna Fadhilah. Di bawah bimbingan DPL Ir. Endra Yuafanedi Arifianto, ST., MT., mereka berupaya menghadirkan solusi nyata atas permasalahan literasi yang sering kali dianggap biasa.

“Kami berharap metode ini bisa ditiru oleh sekolah-sekolah lain di desa, karena terbukti tidak membutuhkan anggaran besar tapi membawa dampak besar,” kata Yumna Fadhilah.

Menuju Generasi yang Sadar Literasi dan Berani Bicara
Dengan keberhasilan kegiatan ini, SDN Grati 02 menjadi salah satu contoh sekolah di daerah yang berani berinovasi dalam hal literasi, berkat dorongan kolaboratif antara dunia pendidikan tinggi dan pendidikan dasar. Harapannya, anak-anak yang hari ini membaca satu paragraf dengan tersendat, suatu hari akan tumbuh menjadi pembaca, penulis, dan pembicara yang kritis dan percaya diri.

“Kami percaya bahwa perubahan tidak harus datang dari atas. Justru dari ruang-ruang kecil seperti kelas desa inilah harapan masa depan dibangun,” tutup Prita.

Post a Comment

0 Comments