Budayawan Mojokerto Bentuk Presidium Dewan Adat Budaya Mahapahit


Mojokerto Merdekanews.id Melalui Diskusi Budayawan Mojokerto, sepakat para budayawan Mojokerto bentuk Presidium Dewan Adat Majapahit Mojokerto. Hal ini merespon sambutan Ahmad Taji selaku Ketua LSM Lasykar Majapahit Benteng Nusantara Negara Kesatuan Republik Indonesia ( LMBN MKRI ) dalam giat Anggoro Kasih program kegiatan bulanan setiap hari Senin malam Selasa Kliwon pada  Senin, 21 Agustus 2023 malam hari di Sasana Punden Mbah Sentono Dusun Dempel Desa Tumapel Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto.
MC acara kegiatan Anggoro Kasih tersebut di atas adalah Drs. Katiwi sekretaris LMBN NKRI. Sekaligus menjadi moderator diskusi budayawan Mojokerto di akhir acara. Lagu Indonesia Raya menggema di Sasana Punden Mbah Sentono merupakan acara kedua setelah pembukaan.

Acara diteruskan dengan pembacaan Do’a Tolak Balak oleh Mbah Dalang Jolotundo, Pembacaan Do’a Mantra Wedha oleh Romo Wishnu dan pembacaan Sumpah Palapa Gajahmada oleh Mas Nanang dari Save Trowulan.

Kemudian sambutan oleh Ahmad Taji ketua LSM LMBN NKRI yang punya giat Anggoro Kasih, lanjut sambutan Bapak Camat Dlanggu Pak Bachri yang sebelumnya uaraian Sejarah Punden Mbah Sentono oleh Kades Tumapel yang diwakili oleh Mbah Simon budayawan warga aseli Dempel Tumapel. Juga ada sambutan  Kakesbangpol yang disampaikan oleh Mas Iwan Kabid Hubungan Antar Lembaga mewakilli Kabankesbangpol.

Lanjut sesi makan bersama dengan potong tumpeng oleh Ahmat Taji diserahkan kepada Camat Dlanggu didampingi perwakilan dari Polsek dan Koramil kecamatan Dlanggu. Selanjutnya sesi foto bersama, penyerahan Keris kenang-kenangan kepada Camat Dlanggu, dilanjut dengan diskusi budaya sampai berakhir jam 24.00 Wib ditutup do’a  bahasa Jawa yang khidmad oleh Mbah Jito.

Kemudian disambung dengan  sesi pembukaan Buku Tulisan Jawa Kuno Asli dari Kerajaan Singosari yang sudah tua sekali kelihatan sudah rapuh. Diserahkan kepada Camat Dlanggu untuk menunjukkan dan membukanya. Drs, Kartiwi MC mempersilahkan kepada hadirin untuk mencoba membacanya bagi yang mampu dan bisa.

Dalam sambutannya Ahmad Taji mengatakan : “ Masa periode kepemimpinan Dewan Adat Mojokerto saat ini sudah berakhir, Dan belum ada gantinya. Sehingga sekarang ini demisioner atau kosong. Saya punya ide mari kita bentuk saja Presidium Dewan Adat Mojokerto. Kemudian kita usulkan kepada Ibu Bupati Mojokerto agar bisa disetujui.”

“ Dalam disksusi budayawan Mojokerto nanti saya minta dapat dibahas secara demokratis dengan obyektif dan musyawarah mufakat. Saya mengusulkan pakai presidium ini dengan harapan untuk mengurangi perbedaan pendapat yang tajam antar budayawan yang terjadi selama ini. Sehingga merugikan perbaikan budaya Majapahit di Mojokerto dan perkembangannya. Kembali semua budayawan menjadi rukun, tidak menang-menangnya sendiri merasa paling sakti. Menjadi terbuka ruang kerja sama saling bantu membantu dan saling mendukung satu sama lainnya. Karena model organisasi presidium ini semua pimpinan mempunyai kedudukan yang sama dan hak yang sama. Tidak ada kelas dan kasta sehingga ada yang merasa dikecilkan. Semuanya sama hak dan kedudukannya, sambung Ahmad Taji yang biasa disapa gus Taji.”

Sebelumnya Mbah Simon yang aseli orang Dempel Tumapel, mewakili Kepala Desa yang berhalangan karena ada kepentingan menyambut tamu yang datang kerumahnya. Disampaikan secara ringkas, lugas dan tegas sebagai ciri temperamenya sejarah punden Mbah Sentono termasuk Sasananya. Ucapan terima kasih disampaikan kepada mantan Bupati Mustofa Kamal Pasa ( MKP) yang telah membangun dan memugar punden ini sehingga terbangun Mushola dan Sasana yang baik seperti sekarang ini.

Camat Dlanggu  Bapak Bachri dalam sambutannya mengatakan : “ Terima kasih kepada hadirin yang sudi menghadiri  acara Anggoro Kasih di Tumapel Dlanggu ini. Mohon maaf bila ada kekurangannya disana-sini. Karena mbah Simon mendadak menghubungi kami.”

“ Saya hanya pesan satu hal yang terlupakan. Bahwa adanya budaya gotong royong yang kita miliki, hendaknya tetap dijaga dan dikembangkan lebih baik lagi. Sehingga pembangunan di daerah tidak hanya dibebankan kepada pemerintah saja. Akan tetapi warga Masyarakat juga ikut berpartisipasi aktif dalam pembangunan di segala bidang, sambung Camat Dlanggu Pak Bachri.”

Mas Iwan yang mewakili Kabakesbangpol  dalam sambutannya mengatakan : “Terima kasih atas penghormatan dan kesempatan yang diberikan. Kami sampaikan permohonan maaf dari Kaban yang berhalangan hadir karena ada tugas lain, sehingga mewakilkan kepada saya.”

“ Saya informasikan bahwa surat-surat dari teman-teman Lembaga budayawan yang masuk kepada Kami, hendaknya model baru administrasi di pemerintah daerah yaitu SIPD ( Sistim Informasi Perangkat Daerah). Termasuk surat Proposal dari teman-teman hendaknya memperhatikan SIPD. Kalau tidak memenuhinya maka sulit untuk bisa dilayani dengan baik dan semestinya, lanjut mas Iwan.”

Sesi diskusi dibuka oleh moderator Kang Tiwi panggilan akrab Drs.Kartiwi dengan tema sentral Pembentukan Presidium Dewan Adat Majapahit. Langsung disambut dengan gegap gempita dengan lugas, tegas, lumayan kasar, agak panas alias anget dan serang sana sini.
 
Diskusi menjadi hidup, menarik, terbuka, obyektif, bebas menyampaikan unek-unek dan demokratis karena ramuan cukup baik dan bagus, sang moderator yang sudah banyak makan garam diskusi, aktivis senior yang mampu menahan dan mengendalikan emosi sehingga diskusi dapat berjalan dengan lancar dan tertib karena bisa mewadahi semua pendapat, usul dan saran.

Machradji mengusulkan agar presidium Dewan Adat segera dibentuk. Yang masuk presidium adalah semua para ketua komunitas, Lembaga, persatuan budaya yang ada di Mojokerto. Terhadap keinginan yang disampaikan oleh Ahmad Taji dan Kang Tiwi yang akan membuat sistim sendiri untuk melakukan perbaikan budaya yang dipandang sudah rusaksemua. 

Budaya didalamnya mencakup segala aspek sosial. Budayawan hendaknya mampun tampil melakukan perbaikan rusaknya hukum, Pendidikan, kesehatan, ekonomi, akhlak bangsa dll. Hendaknya jangan asal ngomong saja. Tetapi harus dibuktikan dengan amal perbuatan. Karena Allah Swt murka kepada orang yang hanya bisa berbicara akan tetapi tidak mengamalkannya.

Mbah Simon dengan nada tegas, lugas dan keras menyampaikan, hati-hati bicara di tempat ini. Siapa yang sudah bicara harus konsekwen membuktikannya. Jangan menjadi pengkianat. Disini banyak pengkhianat. Saya menjadi korbannya. Unjung-unjungnya ternyata pada ngamen semua.

Syamsul budayawan gaek menyampaikan, bahwa presidium  budaya Majapahit itu gak main-main lho. Apa sudah ada konsep bagaimana presidium itu ? Apa suduah disiapkan bagaimana tata kelola presidium ? Kemudian menyampaikan perangkat-perangkat yang ada pada model kepemimpinan organisasi presidium.

Edy Wiliang menggugat kenapa panitia tidak menyampaikan makna Anggoro Kasih dan makna lambang mawar merah dan mawar putih yang ada, Dijelaskan Angoro Kasih itu kasih sayang. Jadi malam ini malam kasih sayang. Mawar Merah dan Mawar Putih itu maknanya Bapak dan Ibu. Kita ada karena ada Bapak dan Ibu. Juga usul yang masuk presidium adalah mereka-mereka yang lembaganya telah terdaftar di Bakesbangpol. Sebernya kita tidak usah ngemis minta bantuan kepada Pemerintah. Kita tidak butuh Pemerintah. Kita bantu saja Pemerintah, karena hutanya sudah sekitar seribu Trilyun rupiah.

Berbeda dengan mbah Gono, usul gak usah bentuk presidium. Karena akhirnya sama saja dengan yang dulu, gak ada apa-apanya. Orangnya pancet saja ya itu-itu saja. Ujung-ujungnya hanya ngamen untuk dirinya sendiri, dan mengorbankan yang lain.

Mbah Gitut menyampaikan pendapatnya. Gak apa-apa dibentuk presidium , tapi masak sih Lembaga yang hanya punya KSB gak punya anggota dimasukkan menjadi presidium ?

Mas Lubis mengusulkan, kita harus tetap sabar, pandai menjaga diri tetap menghormati yang lain. Jangan mengolok dan menista teman yang lain. Biarkan saja nanti kan sadar sendiri. Memang manusia itu lemah, tempatnya lupa dan salah.

Masih banyak usul-usul yang baik dari peserta diantaranya dari mbak Endah, Mas Nanang, mbah Wishnu, mbah Jito, kaji Urip dan lain-lainnya.

Dengan dingin dan elegan, moderator dapat membuat kesimpulan dari merangkum semua usulan dan pendapat yang telah disampaikan. Kesimpulan disetujui dalam forum diskusi budayawan tersebut.
Kesimpulannya antara lain : Setuju membentuk Presidium Dewan Adat Majapahit. Yang Masuk Presidium adalah Para Ketua Lembaga Adat yang telah terdaftar di Bakesbangpol. Presidium tidak dibentuk sekarang tetapi pada pertemuan mendatang tunggu undangan. Yang datang pada undangan mendatang harap membawa konsep masukan terkait presidium yang hendak dibentuk. Anggoro Kasih bulan depan bertempat di Makam Puteri Cempo Trowulan.

Acara berakhir sesuai kesepakatan jam 24.00 WIB. Berangsur-angsur para hadirin meninggalkan tempat.  Lembaga-lembaga yang hadir antara lain Singa Liar Majapahit, Save Trowulan, Madyantara ( Majelis Adat Budaya Nasional ), Mojobar (Majapahit Baru), Kasepuhan Punokawan, Kelampis Ireng, Masyarakat Adat Nusantara (Matra), Paseban Suryo Sejati, Pamengku Adat Jolotundo, Padepokan Macan Putih, Persaudaraan Cinta Tanah Air  Indonesia ( PCTAI), Kasepuhan Rahayu Jolotundo, Sasana Bima Sakti, Paguyupan Kencono Wungu, Padepokan Brawijaya, Paseban Trimukti dan Padepokan Akar Mojo serta Laskar Gunung Jati. (Anik)

Post a Comment

0 Comments