Mahasiswa UB Gagas Literasi Wisata dan Pengelolaan Sampah di Desa Grati LumajangKolaborasi Edukasi Literasi dan Lingkungan Jadi Pondasi Menuju Desa Wisata Berbasis Pertanian


Lumajang ,Merdekanews.id Dua mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Malang, Pradhayaddiwangga dan Muhammad Kartono, melaksanakan program inovatif bertema literasi wisata dan pengelolaan lingkungan di Desa Grati, Kecamatan Sumbersuko, Kabupaten Lumajang. Kegiatan berlangsung pada Jumat, 11 Juli 2025, di Balai Desa Grati, sebagai bagian dari program Mahasiswa Membangun Desa (MMD) 2025 yang berlangsung selama satu bulan penuh.
Program bertajuk “Sosialisasi dan Edukasi Literasi Wisata serta Penerapan Konsep Community Based Tourism (CBT)” yang digagas Pradhayaddiwangga, dikolaborasikan dengan topik “Edukasi dan Sosialisasi Pengelolaan Sampah dan Eco-Enzyme” oleh Muhammad Kartono. Kegiatan ini melibatkan lebih dari 15 peserta, yang terdiri dari ibu-ibu PKK, perangkat desa, serta perwakilan pemuda desa.

Dalam pemaparannya, Pradhayaddiwangga memperkenalkan pentingnya literasi wisata sebagai pijakan awal pembangunan desa berbasis potensi lokal, terutama pertanian. Ia juga mempromosikan buku bertema “Desa Wisata dan Pemberdayaan Komunitas” yang dapat diakses oleh masyarakat di Perpustakaan Desa Grati. Buku tersebut dipublikasikan oleh UB Press dan menjadi referensi edukatif dalam membangun pemahaman masyarakat akan pentingnya desa sebagai ruang ekonomi dan wisata berbasis kearifan lokal.
“Kami melihat potensi besar Desa Grati sebagai desa wisata pertanian. Melalui kegiatan ini, kami ingin memantik semangat warga untuk membentuk POKDARWIS, mengaktifkan kembali Karang Taruna, serta mendorong budaya literasi dalam pengelolaan desa,” jelas Pradhayaddiwangga.

Sebagai bentuk apresiasi, peserta aktif dalam diskusi diberikan buku-buku bacaan bermanfaat yang didistribusikan langsung oleh UB Press. Ini sejalan dengan tujuan menciptakan masyarakat literat yang sadar akan potensi desa, selaras dengan Sustainable Development Goal’s (SDGs) 4 tentang Pendidikan Berkualitas.

Sementara itu, Muhammad Kartono menyoroti persoalan lingkungan yang krusial, yaitu kebiasaan warga membuang sampah ke sungai serta tidak mengelola limbah organik dengan baik. Dalam kegiatan ini, ia memperkenalkan konsep eco-enzyme sebagai solusi sederhana dan ramah lingkungan. Edukasi ini berupaya mendukung SDGs 6 (Air Bersih dan Sanitasi Layak) dan SDGs 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab).
“Pariwisata tak bisa dilepaskan dari aspek kebersihan. Kami ingin membangun kesadaran baru bahwa menjaga lingkungan bukan sekadar kebutuhan, tapi juga bentuk ibadah. Dalam Surah Ar-Rum ayat 41, Allah menegaskan bahwa kerusakan di bumi adalah akibat ulah manusia,” tutur Kartono.

Kegiatan ini juga mendapat sambutan positif dari Ibu Yulia Harismawati, SP., M.Ling., Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang. Ia menyatakan bahwa pendekatan edukatif seperti ini sangat mendukung visi pemerintah untuk merealisasikan program “Satu Desa Satu Wisata”, sekaligus memperkuat kolaborasi antara pemerintah daerah, akademisi, dan masyarakat desa, sebagaimana tercantum dalam SDGs 17 tentang Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.

Upaya ini turut memperhatikan regulasi yang berlaku. Konsep pembangunan pariwisata yang diusung mengacu pada Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, yang mewajibkan keterlibatan masyarakat dalam menjaga kebersihan dan keberlanjutan lingkungan. Sementara itu, pendekatan pengelolaan sampah merujuk pada Permenparekraf No. 5 Tahun 2020 tentang Pedoman Pengelolaan Sampah Plastik di Destinasi Wisata, meskipun fokusnya pada wisata bahari, prinsipnya tetap dapat diterapkan di desa agraris seperti Grati.
Salah satu warga, Ibu Sri Wahyuni, mengaku senang dan terinspirasi setelah mengikuti kegiatan ini. Ia menyadari bahwa potensi pertanian, kebersihan lingkungan, dan budaya literasi bisa menjadi daya tarik wisata yang kuat.
“Kami jadi tahu kalau kebun, sawah, dan cara hidup kami bisa jadi daya tarik wisata. Asal bersih, terkelola, dan ada yang mendampingi. Kami ingin ikut terlibat lebih aktif,” ujarnya.

Rencana tindak lanjut dari program ini adalah mendorong terbentuknya Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS), mengaktifkan kembali Karang Taruna sebagai ujung tombak pemuda, mendampingi pembuatan eco-enzyme rumah tangga, serta membangun perencanaan wisata edukatif berbasis pertanian. Inisiatif ini selaras dengan beberapa tujuan global lainnya: SDGs 3 (Kesehatan dan Kesejahteraan), SDGs 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), SDG 10 (Berkurangnya Kesenjangan), SDGs 13 (Penanganan Perubahan Iklim), dan SDGs 18 (Kearifan Lokal dan Budaya).

Melalui program Mahasiswa Membangun Desa, Pradhayaddiwangga dan Kartono membuktikan bahwa peran mahasiswa bukan hanya sekadar pelengkap pembangunan, tetapi bisa menjadi pemantik perubahan yang konkret dan berdampak. Mereka berharap, apa yang telah dimulai dapat terus dilanjutkan oleh warga, pemerintah desa, serta generasi muda Grati dalam mewujudkan desa wisata berbasis pertanian yang literat, bersih, dan berkelanjutan.

#MMDUB2025 #KKNTematikLiterasi2025 #PerpusnasRI #SDGs #SDGs3 #SDGs4 #SDGs6 #SDGs8 #SDGs10 #SDGs12 #SDGs13 #SDGs17 #SDGs18

Post a Comment

0 Comments